Langsung ke konten utama

Day 16 : Setelah Perjalanan Panjang

Foto : Nova Eliza

Pulang adalah kata paling nyaman setelah pencarian panjang. Kata paling di tunggu setelah melangkah jauh. Kata yang paling di nanti setelah memilih untuk pergi. Dan kata yang paling di rindu setelah perpisahan mengadu. Pulang menjadi kata yang paling ampuh untuk kembali, karena sejauh apapun kita pergi, selalu ada alasan untuk kembali.

Demi kembali pulang dan sampai ke pelukan, aku pun rela menempuh perjalanan panjang yang membutuhkan waktu berpuluh-puluh waktu. Perjalanan 22 jam pun aku lalui demi bertemu orang-orang yang aku rindu. Tiket travel perjalanan untuk pulang pun tanpa ragu aku pesan dan hotel sebagai tempat peristirahatan pun tanpa pikir panjang aku booking. Begitulah perjuangan untuk bisa sampai ke kampung halaman, waktu dan keberanian sangat dipertaruhkan untuk bisa sampai ke tujuan.

Dua malam sahur dan berbuka diperjalanan tidak membuat ku menyesal karena telah memilih pulang daripada menetap di kampung orang. Melakukan perjalanan sendirian tanpa teman pun sudah menjadi kebiasaan. Entah karena sudah terbiasa sendiri atau terbiasa mandiri, ntahlah, bagiku sama saja. Keduanya harus ada keberanian yang tinggi untuk mengiringi.

Lelah, capek, ngantuk, setelah perjalanan panjang dua malam yang begitu menguras tenaga dan waktu.  Akhirnya sampai pada tempat yang ingin aku tuju, kediaman orang tua tepatnya, tempat yang jarang aku singgahi ketika aku telah memilih pergi untuk mengabdi. Tepat waktu dini hari tadi mobil berenti di tempat yang aku nanti. Senangnya hati melihat orangtua sudah berdiri, menyambut kedatangan sang putri.

"Kring Kring" dering notif handphone pertanda panggilan masuk. Ahh sial, ternyata ini hanya mimpi. Mimpi untuk bisa kembali pulang ke kampung halaman. Kasian.

Itulah cerita perjalanan panjangku kembali pulang, sayangnya saat ini hanya khayalan. Ahh, sudahlah, mari kembali tidur untuk bermimipi ulang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Kamu yang Salah, Tempatmu Saja yang Sampah!

Foto: akar tanaman/Nova Eliza Sebaik apapun kamu, jika berada di tempat yang salah maka akan tetap terlihat tidak berguna. Jawaban ini aku temukan setelah bertahun-tahun merasakan kepedihan yang tidak ada habisnya. Ketidakhadiranku di tunggu-tunggu, kesakitanku di nanti-nanti. Itulah aku, manusia yang paling di benci! Seakan tidak ada tempat untuk aku istirahat, semua ruang sudah sesak dengan orang-orang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan bagaimana kondisiku saat ini, tidak ada waktu untuk aku memperbaiki luka lama yang masih berdarah-darah di sini, lantas mereka dengan sadar menusukku lagi, lagi, dan lagi. Seolah hanya mereka yang butuh divalidasi dan dimengerti. Aku hanya manusia, sama seperti yang lainnya. Aku tidak sempurna namun bukan pula si buruk rupa. Diriku cukup berharga untuk luka. Aku tidak lagi menyalahkan diriku sendiri, aku sudah cukup introspeksi diri, aku sudah berusaha agar di terima, sudah berusaha agar di anggap ada, sudah berusaha melaku...

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...

Semua Akan Kembali Baik pada Waktunya

Mengalir seperti air/ foto: Nova Eliza Sekian lama berada di sini, anehnya tak ada satupun kenangan yang bisa menarik kembali untuk datang ke tempat ini. Sekian tahun bekerja disini, bisa-bisanya hanya ada keinginan untuk segera pergi dari lokasi ini. Bagaimana mungkin, setelah banyak cerita yang dilalui tidak ada satupun cerita yang menyenangkan hati melainkan selalu kembali mengingatkan sakit di hati. Bukan berarti tidak ada satupun hal baik yang menghampiri hanya saja terlalu banyak lembaran-lembaran kesedihan yang menutupi, terlalu mendominasi, hingga akhirnya selalu ada keingingan untuk pergi dan tak mau kembali. Entah akunya yang tidak bisa beradaptasi disini atau keberadaan aku disini yang tidak diinginkan oleh pribumi. Percayalah, aku selalu berusaha yang terbaik agar bisa diterima disini, datang sendiri tanpa didampingi, berkelana sendiri tanpa ada yang menemani. Terus mencari pegangan diri agar kuat berada disini menjalankan tugas negara sesuai tupoksi. Awal terasa asing hin...