Foto : Kondisi New Normal di Kabupaten Aceh Singkil/ Nova Eliza |
Kondisi
pandemik Covid-19 telah mengguncangkan sosial, ekonomi, politik dan bahkan
psikis masyarakat dunia, tidak terkecuali Indonesia. Namun, dalam kondisi
seperti ini, kedisiplinan dalam menjalankan prosedur-prosedur resmi tentang
pencegahan dan perlindungan dari penyakit Covid-19 perlu dilaksankan untuk diri
sendiri maupun untuk lingkungan sekitar. Namun sulit bagi Indonesia keluar
cepat menjadi pemenang melawan Covid-19, kalau sebagian rakyatnya masih
berpikir dan menganggap lebih baik mati karena Covid-19 daripada mati karena kelaparan.
Melihat
perkembangan situasi kasus Covid-19 saat
ini yang belum tahu kapan berakhir dan kita hanya berpacu pada prediksi yang
dikabarkan mengenai masa selesainya pandemi. Sedangkan keseimbangan perekonomian
Indonesia yang sudah tergoyahkan akibat corona, maka dua hal yang dirasa saat
ini paling mendesak untuk ditata dan dipenuhi kembali adalah kesehatan dan
ekonomi. Kesehatan agar tidak terpapar wabah virus Covid-19 dan ekonomi masyarakat
yang selama ini terpuruk akibat pandemi. Sehingga pemerintah menganggap penting
untuk segera dilaksanakannya kebijakan baru “New Normal” dalam menyikapi
penyebaran Coronavirus Diasease (Covid-19).
New
Normal, istilah yang sedang hangat dibicarakan dikalangan semua orang, mulai
dari pejabat negara sampai dengan rakyat biasa. Ada yang mengartikannya sebagai
‘kenormalan baru’, ‘kebiasaan baru’, 'peraturan baru', ‘kebudayaan baru’, ‘era baru’, bahkan
sampai ada yang mengartikannya sebagai “tatanan baru”. Apapun itu, guna menjaga
dan membawa masyarakat ke kehidupan yang baru dan bermutu.
Berbagai upaya pun telah dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat untuk menghentikan penyebaran virus corona, mulai dari lockdwon parsial, perbatasan kunjungan
antar desa dan kota, PSBB dan masih banyak lagi yang sudah dilakukan. Tanpa
disadari, langkah-langkah pencegahan Covid-19 memaksa kita akan kerugian yang
besar mulai dari terganggunya aktivitas sekolah atau proses belajar mengajar
sampai dengan terbatasnya aktivitas bekerja mencari nafkah. Dikarenakan dampak
yang dirasa sangat merugikan semua pihak, pada akhirnya kita terpaksa kembali
lagi pada situasi seolah-olah sudah normal kembali.
Penerapan new
normal life adalah bagian dari strategi yang diterapkan oleh pemerintah
sebelum vaksin atau obat untuk virus corona ditemukan. Tujuannya agar aktivitas
sehari-hari tetap bisa dilakukan kembali dan penyebaran virus corona juga bisa
dibatasi, tentu dengan memperhatikan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan.
Tidak bisa dipungkiri, pembatasan aktivitas membuat perekonomian masyarakat
Indonesia, khususnya Aceh terpuruk akibat pandemi.
Kumparan.com- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 Indonesia, pada 8 Juni 2020 telah mengumumkan 14 kabupaten/kota dalam
wilayah Aceh dengan kategori zona hijau dan 9 kabupaten/kota dengan kategori zona
kuning. Kesembilan kabupaten/kota yang kini telah masuk dalam zona kuning,
sebelumnya sempat berstatus zona merah. Ini artinya semua wilayah Aceh sudah
dapat melaksanakan dan mempersiapkan pelaksanaan tatanan baru menuju masyarakat
produktif dan aman Covid-19.
Kemudian, perlu adanya perhatian yang maksimal
terhadap segala aspek, mulai dari lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal, pusat perbelanjaan, rumah ibadah agar aktivitas bisa kembali berjalan
dengan baik tanpa mengabaikan protokol kesehatan. Pembatasan jumlah kerumuman,
jaga jarak, keharusan memakai masker bisa terlaksana dengan baik jika diimbangi dengan
meningkatnya kapasitas layanan kesehatan serta tersedianya sarana dan prasarana
layanan pemerintah yang mudah diakses oleh masyarakat untuk menegakkan protokol
kesehatan.
Lalu, apakah New Normal bisa dipastikan menghentikan
rantai penularan virus corona? Ntahlah, kita semua tidak ada yang tahu. Kita
hanya bisa memprediksikan saja meskipun sampai saat ini jumlah pasien positif
corona masih saja terus bertumbuh setiap harinya yang bisa kita saksikan atau
dapatkan dari berita di dunia maya ataupun media lainnya.
Kita tidak memiliki pilhan, kembali lockdown atau kembali normal sama-sama
membawa penderitaan yang tidak jauh berbeda. Jika tidak ditetapkan New Normal
kembali maka pada akhirnya kita pun akan hancur juga dengan sendiri, bagaimana
tidak, kehidupan dan kebutuhan tetap harus berjalan sedangkan pendapatan dan
pemasukan tidak sepadan, malah bahkan berpotensi kerusuhan akibat kelaparan.
Jadi kita harus bagaimana, satu hal yang pasti adalah kuatkan
diri dan pintar-pintar dalam menjaga diri sendiri serta keluarga karena
disituasi seperti ini solusi yang paling tepat adalah mengandalkan diri sendiri
agar bisa survive di tengah
ketidakpatian ini.
New normal akan membawa kita kembali sembuh atau
justru membunuh, semua itu tergantung pilihan masing-masing insan. Tergantung
kekuatan imunitas tubuh masing-masing orang atau hal ini biasa disebut herd immunity. Kemungkinan juga dalam waktu dekat herd immunity ini akan diberlakukan di
Indonesia, herd immunity ini memiliki
arti menyerahkan rakyat kepada seleksi alam,
dimana yang kuat akan bertahan kemudian yang imunnya lemah akan meninggal
dengan perlahan.
Herd
immunity yang pelan-pelan akan dilakukan atau mungkin nantinya secara langsung
tidak akan disebut herd immunity atau “ini nih sedang diberlakukan sistem herd immunity” tapi secara perlahan kita
akan mulai merasakan keberadaannya, yang sadar paham betul akan arahnya herd immunity akan terus menjaga dan meningkatkan
imunnitas diri dan yang tidak sadar akan berfikir bahwa Covid-19 sudah
berakhir, sudah hilang, sudah sepi padahal belum selesai teratasi.
Umat manusia akan berevolusi mengalami
seleksi alam, harus ada yang dikorbankan, semoga tidak banyak. Teruslah jaga
diri dan keluarga agar bisa bertahan dimasa pandemi. Semoga kesehatan selalu
diberikan kepada kita dan keluarga tercinta.
Komentar
Posting Komentar