Langsung ke konten utama

Bukan Kamu yang Salah, Tempatmu Saja yang Sampah!

Foto: akar tanaman/Nova Eliza

Sebaik apapun kamu, jika berada di tempat yang salah maka akan tetap terlihat tidak berguna. Jawaban ini aku temukan setelah bertahun-tahun merasakan kepedihan yang tidak ada habisnya. Ketidakhadiranku di tunggu-tunggu, kesakitanku di nanti-nanti. Itulah aku, manusia yang paling di benci!

Seakan tidak ada tempat untuk aku istirahat, semua ruang sudah sesak dengan orang-orang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan bagaimana kondisiku saat ini, tidak ada waktu untuk aku memperbaiki luka lama yang masih berdarah-darah di sini, lantas mereka dengan sadar menusukku lagi, lagi, dan lagi. Seolah hanya mereka yang butuh divalidasi dan dimengerti.

Aku hanya manusia, sama seperti yang lainnya. Aku tidak sempurna namun bukan pula si buruk rupa. Diriku cukup berharga untuk luka. Aku tidak lagi menyalahkan diriku sendiri, aku sudah cukup introspeksi diri, aku sudah berusaha agar di terima, sudah berusaha agar di anggap ada, sudah berusaha melakukan yang terbaik aku bisa, aku sudah berusaha agar berguna. Tapi nyatanya, dunia tetap sama, hanya melihat sisi diriku yang tidak bisa sama dengan yang lainnya. Aku berbeda, karena aku bisa melakukan apa saja tanpa harus bergantung pada tiang yang ada. Aku bisa karena aku berjuang untuk menggapainya, bukan bergantung pada penguasa. 

Padahal mereka tidak pernah tahu, seberapa besar aku berusaha mempertahankan semangatku, menjaga pikiranku dan keadaan mentalku. Aku terbiasa bukan berarti aku baik-baik saja. Aku tidak sekuat itu, aku hanya belajar menerima semua yang menjadi takdirku. 

Sudahlah, aku lelah.
Hentikan menyalahkan diri!

Jika tempatmu hanya memberimu keraguan dan kesedihan, itu artinya bukan dirimu yang tidak berharga tapi lingkunganmu yang beracun. Angkat kepalamu, tunjukkan potensimu, tinggalkan apa yang meracunimu, dan buktikan nilaimu di tempat yang tepat. 

Bahkan, bunga terbaik pun tidak akan mekar jika ditanam di tanah yang gersang dan kotor. Jangan salahkan dirimu karena layu. Bukan kamu yang kurang, tapi tempatmu yang "sampah" dan tak layak untuk pertumbuhan. Pindahkan akarmu, dan lihat betapa hebatnya kamu bisa berkembang. 

Karena sejatinya di lingkungan yang baik, kamu tidak perlu berjuang untuk sekedar "bertahan hidup" tapi kamu akan di dorong untuk "hidup dan berkembang". Tumbuhlah tanpa batas!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...

Semua Akan Kembali Baik pada Waktunya

Mengalir seperti air/ foto: Nova Eliza Sekian lama berada di sini, anehnya tak ada satupun kenangan yang bisa menarik kembali untuk datang ke tempat ini. Sekian tahun bekerja disini, bisa-bisanya hanya ada keinginan untuk segera pergi dari lokasi ini. Bagaimana mungkin, setelah banyak cerita yang dilalui tidak ada satupun cerita yang menyenangkan hati melainkan selalu kembali mengingatkan sakit di hati. Bukan berarti tidak ada satupun hal baik yang menghampiri hanya saja terlalu banyak lembaran-lembaran kesedihan yang menutupi, terlalu mendominasi, hingga akhirnya selalu ada keingingan untuk pergi dan tak mau kembali. Entah akunya yang tidak bisa beradaptasi disini atau keberadaan aku disini yang tidak diinginkan oleh pribumi. Percayalah, aku selalu berusaha yang terbaik agar bisa diterima disini, datang sendiri tanpa didampingi, berkelana sendiri tanpa ada yang menemani. Terus mencari pegangan diri agar kuat berada disini menjalankan tugas negara sesuai tupoksi. Awal terasa asing hin...