Langsung ke konten utama

Day 2 : Allah Sengaja Patahkan Hatimu!

FOTO: Candi Borobudur, Jawa Tengah/ Nova Eliza 

Allah sengaja patahkan hati kita bukan karena Ia tidak sayang, melainkan karena diri ini terlalu keras kepala saat jatuh cinta. Seakan paling tahu dan merasa sudah paling benar, tak butuh petunjuk arah padahal susah tersesat terlalu parah. Seberapa sering kita hanya melihat dari satu jalan dan satu sudut pandang saja dan terlalu congkak untuk mengabaikan semua kode Allah. Meskipun begitu, disaat kita merasa jatuh, Allah selalu sedia untuk menerima dan membantu. 

Awalnya mungkin berat menerima kenyataan bahwa yang kita cinta tidak lagi dekat, hubungan yang sudah kita jaga dengan erat kini terlebur menjadi senyap. Mengikhlaskan hati dan menerima diri atas semua kehendak-Nya adalah pilihan yang tepat agar kuat dalam penantian dan kesabaran. Jangan lagi menyalahkan diri jika seseorang tidak tinggal, terkadang Allah memiliki cara lain yang berbeda untuk setiap makhluk-Nya.

Allah sengaja patahkan hati kita dari cinta yang salah, maka bersabarlah patah hati karena manusia akan membuat kita tetap baik-baik saja, bila kita tahu itu cara Allah dalam menyayangi dan melindungi kita. Suatu hari nanti, kita akan benar-benar sadar dan bersyukur bahwa takdir yang mungkin hari ini mengecewakan dan menyakitkan perasaan merupakan suatu proses untuk menuju kebahagian dikemudian hari yang sudah disiapkan.

Tak perlu sesali dia yang telah pergi, bila memang dia yang terbaik tak peduli sejauh apapun dia saat ini, pasti akan kembali pula nanti. Jadi berhenti salahkan dirimu jika seseorang tidak tinggal setelah semua upayamu.

Tetaplah tersenyum, walaupun nantinya bukan dia.
Happy Weekend!!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting?

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting? Mengukur tinggi badan anak Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami masalah gizi yang kronis atau tidak, kita harus mengukur tinggi badannya.  M engapa tinggi badan dan bukannya berat badan? Berikut penjelasan sederhananya.  Berat badan itu gampang naik turun. Kasih makan banyak selama seminggu, berat badan anak bertambah. Kena diare sehari, berat badan turun. Kasih makan bagus lagi, naik lagi. Berat badan itu sensitif, tapi tidak dengan  tinggi badan. Tinggi badan kurang sensitif. Anak  yang pendek tidak bisa langsung jadi tinggi dengan  diberi makanan bergizi dalam seminggu atau sebulan.  Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu lama.  Kalau anak mengalami masalah gizi yang lama,  tubuhnya menjadi pendek dan mengatasinya perlu  waktu lama. “Stunting adalah masalah gizi yang berlangsung lama (kronis), maka lebih tepat diukur dari tinggi badan.” Untuk menentukan apakah anak mengalami stunting, kita menggunakan Tabel PB/ U (Standar Panja

Cegah Stunting, Itu Penting!

Apa sih Stunting itu? Foto: pengertian Stunting/ Created: Nova Eliza Stunting adalah pendek. Dikatakan pendek karena  tinggi tubuhnya berada dua standard deviasi di bawah  rata-rata.  Tubuh anak yang stunting akan lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.  Keadaan ini merupakan bentuk gagalnya  pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis  yang terjadi dalam masa yang panjang, terutama pada  1.000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).  Selain  fisik yang pendek. Dalam jangka pendek anak stunting  terhambat perkembangan kognitif atau  kecerdasannya. Dan dalam jangka panjang, stunting  berpotensi membuat postur tubuh  tumbuh tidak optimal, meningkatkan  resiko kegemukan (obesitas), mudah  sakit dan penurunan kesehatan  reproduksi. Perkembangan kognitif dan tumbuh-kembang fisik yang tidak optimal akan menyebabkan kurang berprestasi di sekolah dan tidak optimal produktivitas kerjanya dimasa mendatang.  Kini Stunting menjadi salah satu masalah yang cukup membahayakan, t