Langsung ke konten utama

Day 6 : Memaafkan Bukan Berarti Menerima Kembali

FOTO: Negeri di Atas Awan/ Nova Eliza

Memaafkanmu bukan berarti menerima perbuatanmu. Seringkali orang di luar sana salah mengartikan bahwa memaafkan berarti menoleransi perbuatannya, padahal itu hal yang jauh berbeda.  Perasaan kita tidak sesederhana itu, apa yang telah terjadi tidak bisa langsung hilang hanya dengan kata maaf. Sekalipun sudah memaafkan, untuk beberapa orang mungkin masih perlu waktu untuk berdamai dengan keadaan. Jadi, kita atau siapapun tidak boleh men-judge dengan bilang, "Katanya udah maafin, tapi kok masih aja dendam/ngejauhin?"

Menjaga jarak dengan orang yang sudah kita maafin itu bukan berarti masih dendam atau tidak tulus maafin. Banyak dari kita yang membutuhkan lebih banyak waktu untuk bisa menerima kenyataan yang ada, berdamai dengan perasaan dan orang lain tidak berhak memaksa dan memberi batasan waktu akan hal itu. Berdamai dengan keadaan itu seringkali adalah masalah kita dengan diri kita sendiri. jadi, tolong jangan terlalu dipermasalahkan jika menjauh adalah pilihannya, karena menjauh adalah sebuah hak.

Hubungannya mungkin cuma sebentar, tapi bisa jadi luka yang di dapat sangat dalam. Kadar sensitif masing-masing orang juga berbeda, tidak bisa di ukur dengan durasi berjumpa. Memaafkan itu memang mudah, yang sulit itu menerima keadaan setelahnya. Lagi pula, tidak ada keharusan bagi kita untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah kita maafkan.

Bukan egois atau dendam ketika kita tidak bisa lagi bersikap biasa/normal seperti di awal dengan mereka yang pernah berbuat kesalahan, meski kesalahan sudah dimaafkan menjauh adalah sebuah pilihan. Menjauh itu bukanlah sebuah kejahatan, terkadang membuat batasan bukan hanya baik untuk hati dan diri kita sendiri melainkan juga baik untuk dia.

Kita bisa memaafkan tanpa harus terus berada di dekatnya (lagi), karena memaafkan adalah proses belajar tentang mengenal diri kita sendiri dan orang lain.

Maafkan aku jika masih (belum) cukup dewasa dalam menyikapi. 

Komentar

  1. Balasan
    1. Dimana tombol like nya nih??

      Hapus
    2. Sepertinya tidak ada bg, cukup klik Langganan saja dan share kalau mau hihi :D
      Thanks a lot my big bro :D

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting?

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting? Mengukur tinggi badan anak Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami masalah gizi yang kronis atau tidak, kita harus mengukur tinggi badannya.  M engapa tinggi badan dan bukannya berat badan? Berikut penjelasan sederhananya.  Berat badan itu gampang naik turun. Kasih makan banyak selama seminggu, berat badan anak bertambah. Kena diare sehari, berat badan turun. Kasih makan bagus lagi, naik lagi. Berat badan itu sensitif, tapi tidak dengan  tinggi badan. Tinggi badan kurang sensitif. Anak  yang pendek tidak bisa langsung jadi tinggi dengan  diberi makanan bergizi dalam seminggu atau sebulan.  Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu lama.  Kalau anak mengalami masalah gizi yang lama,  tubuhnya menjadi pendek dan mengatasinya perlu  waktu lama. “Stunting adalah masalah gizi yang berlangsung lama (kronis), maka lebih tepat diukur dari tinggi badan.” Untuk menentukan apakah anak mengalami stunting, kita menggunakan Tabel PB/ U (Standar Panja

Cegah Stunting, Itu Penting!

Apa sih Stunting itu? Foto: pengertian Stunting/ Created: Nova Eliza Stunting adalah pendek. Dikatakan pendek karena  tinggi tubuhnya berada dua standard deviasi di bawah  rata-rata.  Tubuh anak yang stunting akan lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.  Keadaan ini merupakan bentuk gagalnya  pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis  yang terjadi dalam masa yang panjang, terutama pada  1.000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).  Selain  fisik yang pendek. Dalam jangka pendek anak stunting  terhambat perkembangan kognitif atau  kecerdasannya. Dan dalam jangka panjang, stunting  berpotensi membuat postur tubuh  tumbuh tidak optimal, meningkatkan  resiko kegemukan (obesitas), mudah  sakit dan penurunan kesehatan  reproduksi. Perkembangan kognitif dan tumbuh-kembang fisik yang tidak optimal akan menyebabkan kurang berprestasi di sekolah dan tidak optimal produktivitas kerjanya dimasa mendatang.  Kini Stunting menjadi salah satu masalah yang cukup membahayakan, t