Langsung ke konten utama

Day 15 : Kota dan Kenangannya

FOTO: Kota Lama/ Nova Eliza


Berat rasanya hati dan diri ini untuk datang kembali pada kota yang sudah pernah mengukir banyak cerita dan kesan romansa. Meskipun hanya berada sesaat sebagai persinggahan tetap saja tiba-tiba hati menjadi perih lagi terbawa perasaan.

Seketika mata langsung melihat bayangan diri yang dulu pernah sangat ceria di setiap sudut kota. Perasaan sedih atau benci pun terkadang datang menghampiri, di saat diri ini sedang di alam halusinasi. Entah apa yang telah terjadi, hingga berakhir begini. Sehingga kita tidak bisa lagi saling sapa walaupun sedang berada di kota yang sama.

Sakit hati berulang kali terus saja terjadi setiap aku datang lagi ke kota ini. Kotanya yang salah atau kenangannya yang begitu parah. Entahlah, aku hanya bisa berdiam diri duduk di sisi kiri mobil taksi sambil sesekali memandangi keindahan sudut kota yang sedikit aku benci ini. “tak begitu buruk”, batinku menguatkan. Hati berusaha untuk di tata agar kembali melihat dan mengingat kota ini seperti semula dan biasa sebelum ada apa-apa. Kirain akan baik-baik saja, ternyata malah kenapa-kenapa. “Sudahlah, malah membuat hati menjadi sakit sendiri”, kataku dalam hati yang memilih untuk berhenti.

Akhirnya pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam menjadi pilihan dan solusi ketenangan diri. “Cepatlah lewati kota ini, aku sudah tak ingin melihat lagi” andai aku bisa berkata seperti itu pada supir taksi. Nyatanya aku tetap harus menunggu dan tak mungkin memaksa untuk melaju, dan aku pun pasrah dengan keadaan masa kini yang sedang aku lewati. Keikhlasan di dalam diri harus sering-sering dipanggil agar kebahagian mengiringi selama berada di kota ini.

Setidaknya kota ini menjadi saksi bisu bahwa aku sempat berbagi cerita dengan semua yang sudah berlalu. Bukannya aku tidak suka kota ini, hanya saja aku sedang tidak ingin berada di sini.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ohh kamu nya tinggal di ibu kota provinsi? wkwkwk

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ku Berharap Mimpi Ini Nyata

M impi malam itu masih sangat jelas ku ingat betapa cantik dan merdunya suara mama memanggil namaku. Dari kejauhan ku lihat ada cahaya putih yang begitu menyilaukan, di tengah-tengah gemerlap cahaya  terdengar suara "Ovaaa, anakku" seperti itulah biasa mama memanggil namaku dulu. Wajahnya yang begitu cantik, senyumnya yang sangat indah serta tubuhnya dikelilingi sinar yang menakjubkan membuatku langsung terpana tak percaya bisa bertemu mama di malam itu. Pakaiannya yang serba putih pun menambah keindahan pertemuan kami saat itu. Dengan perasaan senang kami berlari untuk saling menghampiri, berpegangan tangan hingga berpelukan sampai akhirnya mama berkata "Ovaaa, mama rinduu, mama sayaang kali sama ovaa, maafin mama yaa nak" Akupun tak kuasa menahan tangis sambil menjawab "iyaa mam, Ova pun rinduuuu sekali sama mama"   Sungguh menangis tersedu-sedu merasa tidak percaya bisa berada dipelukan mama malam itu. Setelah dua tahun kepergiannya aku tidak pernah lag...

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada...

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...