Langsung ke konten utama

Day 17 : Ketika Keinginan Dikabulkan Tuhan

FOTO : Nova Eliza

Berteman itu bisa dengan siapa saja, komunikasi itu bisa dari mana saja, tidak harus berjumpa dulu baru bisa kenal. Tidak harus dekat dulu baru bisa akrab. Terkadang ada yang tanpa sadar bisa langsung nyambung padahal baru pertama berhubung, bisa langsung merasa nyaman padahal baru pertama berkenalan. Begitulah terkadang, teori yang tidak selalu sama dengan reality.

Sebulan yang lalu, aku berkenalan dengan teman baru yang berasal dari salah satu kota yang ada di Provinsi Aceh. Salah satu temannya yang kebetulan juga teman kerjaku menjadi topik pertama obrolan di chatting box sosial media, berlanjut hingga ke rutinitas pekerjaan sampai pada makanan kesukaan. Dia merupakan salah satu karyawan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi di Indonesia. Tidak jarang aku malah lebih sering curhat masalah kerjaan daripada yang lainnya, dia yang sudah dulu terjun di dunia pekerjaan mampu memberikan solusi atas permasalahan.

Tanpa sengaja berkenalan, berencana dan berharap agar segera dipertemukan. Siapa yang sangka, tidak diwacanakan dalam waktu dekat aku akan datang ke kota tempat dia tinggal, tiba-tiba bisa terwujud impian, begitu cepat doa dikabulkan. Ternyata Allah punya rencana yang kita sendiri tidak bisa prediksikan. Pertemuan pertama dengan teman yang selama ini hanya komunikasi via sosial media, akhirnya kesampaian juga. Tepat di bulan Ramadhan ini kami berjumpa.

Masih berseragam kantoran, lengkap dengan name tag yang terletak di dada sebelah kanan dia datang dan jemput untuk ngajak jalan. Aku binggung kenapa sepanjang jalan dia senyum-senyum tanpa alasan, kesan pertama pertemuan yang sedikit membingungkan. Entah apa yang ada dipikiran, apa mungkin aku berbeda dari foto dengan kenyataan atau mungkin dia bahagia karena kita dipertemukan. Entahlah, aku hanya fokus menatap jalan di depan sambil ngobrol kenalan lanjutan. Tapi aku bisa simpulkan, bahwa dia bahagia saat tahu aku datang. Sepertinya, Iya.

Berbuka bersama menjadi agenda pertama pertemuan dan tempat makan seafood menjadi pilihan. Menghabiskan makanan menjadi perlombaan sebagai bentuk tanggung jawab atas makanan yang sudah di pesan. "ayo, habisin!" katanya menyemangati. Tubuhnya yang sedikit kurus, badannya yang tinggi, cukup menggambarkan bahwa dia tidak doyan makan. Kulitnya yang putih seketika menjadi kemerahan saat dia kepedasan. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah konyolnya yang hampir berhenti makan karena sudah tidak tahan.

Sayangnya, pertemuan kami tidak bisa lama, karena aku datang ke kota itu hanya sebagai tempat persinggahan dan harus melanjutkan perjalanan. Selesai maghrib dan tarawih, dia pun mengantarku ke terminal dan hujan deras mengiringi perjalanan. Walaupun tubuhnya sudah lelah karena kerja seharian, matanya mulai mengantuk karena hampir larut malam, dia tetap menemani di terminal sampai mobil datang.

Ditemani suara hujan yang lebih dominan di luar, genangan air yang sudah menyapa di batas permukaan, udara kota pertemuan yang bersuhu dingin saat malam, suara riak mesin mobil berlalu lalang di sekitar terminal, ramainya orang yang berteduh di emperan. Menjadi pemandangan yang kami dengar dan saksikan.

Tak lama mobil jemputan untuk melanjutkan perjalanan pun sudah datang, maka kami pun harus berpisah dengan senyum keterpaksaan dan berjanji saling kabar jika datang kembali ke kota pertemuan. Dan terminal serasa kembali sepi seperti malam tanpa ribuan bintang. Terima kasih Tuhan, karena telah mengabulkan keinginan walaupun cuma sebentar.

Sampai jumpa lagi, kawan!


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahah bisa jadi yaaa.
      Wadaw mas ini sudah mulai kepo ternyata. Takut saya ngga sewa jasa pundaknya lagi yak? Wkwkkw

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ku Berharap Mimpi Ini Nyata

M impi malam itu masih sangat jelas ku ingat betapa cantik dan merdunya suara mama memanggil namaku. Dari kejauhan ku lihat ada cahaya putih yang begitu menyilaukan, di tengah-tengah gemerlap cahaya  terdengar suara "Ovaaa, anakku" seperti itulah biasa mama memanggil namaku dulu. Wajahnya yang begitu cantik, senyumnya yang sangat indah serta tubuhnya dikelilingi sinar yang menakjubkan membuatku langsung terpana tak percaya bisa bertemu mama di malam itu. Pakaiannya yang serba putih pun menambah keindahan pertemuan kami saat itu. Dengan perasaan senang kami berlari untuk saling menghampiri, berpegangan tangan hingga berpelukan sampai akhirnya mama berkata "Ovaaa, mama rinduu, mama sayaang kali sama ovaa, maafin mama yaa nak" Akupun tak kuasa menahan tangis sambil menjawab "iyaa mam, Ova pun rinduuuu sekali sama mama"   Sungguh menangis tersedu-sedu merasa tidak percaya bisa berada dipelukan mama malam itu. Setelah dua tahun kepergiannya aku tidak pernah lag...

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada...

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...