Langsung ke konten utama

Day 27 : Aku Paham Akan Rasa Bosan

Foto: Nova Eliza

Dari sekian banyak episode akhirnya kini aku mengerti alur ceritanya, bahwa yang sedari awal berjuang tak ada jaminan bahwa ia akan selalu di prioritaskan. Tak apa, namanya juga drama percintaan. Karena terkadang, yang sudah mati-matian berjuang akan kalah dengan hadirnya rasa bosan. Meskipun sudah lama menjalin hubungan.

Tak mengapa, aku sebagai perempuan harus punya harga diri dan sadar diri, tak mungkin lagi tetap mengejar jika sudah tidak dicari. Sebab kodratnya perempuan itu dikejar bukan mengejar. Jika sudah dibuang tak perlu lagi berjuang. Harus tetap tegak berjalan walaupun sakit di dalam, jangan rapuh nanti mahkota kita jatuh. Sebab lelah jika harus selalu bertahan dengan orang yang tak pernah paham atas perasaan.

Ratusan hari sudah kita lewati, ucapan selamat pagi dan juga pertanyaan lagi apa sudah tak terhitung lagi. Wajar, mungkin kamu bosan. Tak mengapa, aku paham dan sadar. Sudah sewajarnya jika tak semua alur berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, karena sebagus apapun filmnya akan selalu ada sutradaranya. Dan kita hanya lakon yang sedang menjalankan peran dari-Nya.

Percayalah, apapun yang menjadi takdir kita nantinya, pasti dengan sendirinya akan mencari jalan untuk menemukannya. Setidaknya untuk sekarang jadilah sedikit keras kepala bahwa kita bukanlah seorang pengemis yang mengharapkan cinta dari orang yang tidak pernah mau mengalah.

Aku pergi bukan karena perasaanku telah mati, melainkan kehadiranku yang sudah tidak lagi dihargai.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Kamu yang Salah, Tempatmu Saja yang Sampah!

Foto: akar tanaman/Nova Eliza Sebaik apapun kamu, jika berada di tempat yang salah maka akan tetap terlihat tidak berguna. Jawaban ini aku temukan setelah bertahun-tahun merasakan kepedihan yang tidak ada habisnya. Ketidakhadiranku di tunggu-tunggu, kesakitanku di nanti-nanti. Itulah aku, manusia yang paling di benci! Seakan tidak ada tempat untuk aku istirahat, semua ruang sudah sesak dengan orang-orang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan bagaimana kondisiku saat ini, tidak ada waktu untuk aku memperbaiki luka lama yang masih berdarah-darah di sini, lantas mereka dengan sadar menusukku lagi, lagi, dan lagi. Seolah hanya mereka yang butuh divalidasi dan dimengerti. Aku hanya manusia, sama seperti yang lainnya. Aku tidak sempurna namun bukan pula si buruk rupa. Diriku cukup berharga untuk luka. Aku tidak lagi menyalahkan diriku sendiri, aku sudah cukup introspeksi diri, aku sudah berusaha agar di terima, sudah berusaha agar di anggap ada, sudah berusaha melaku...

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...

Semua Akan Kembali Baik pada Waktunya

Mengalir seperti air/ foto: Nova Eliza Sekian lama berada di sini, anehnya tak ada satupun kenangan yang bisa menarik kembali untuk datang ke tempat ini. Sekian tahun bekerja disini, bisa-bisanya hanya ada keinginan untuk segera pergi dari lokasi ini. Bagaimana mungkin, setelah banyak cerita yang dilalui tidak ada satupun cerita yang menyenangkan hati melainkan selalu kembali mengingatkan sakit di hati. Bukan berarti tidak ada satupun hal baik yang menghampiri hanya saja terlalu banyak lembaran-lembaran kesedihan yang menutupi, terlalu mendominasi, hingga akhirnya selalu ada keingingan untuk pergi dan tak mau kembali. Entah akunya yang tidak bisa beradaptasi disini atau keberadaan aku disini yang tidak diinginkan oleh pribumi. Percayalah, aku selalu berusaha yang terbaik agar bisa diterima disini, datang sendiri tanpa didampingi, berkelana sendiri tanpa ada yang menemani. Terus mencari pegangan diri agar kuat berada disini menjalankan tugas negara sesuai tupoksi. Awal terasa asing hin...