Langsung ke konten utama

Bicara Cinta

Foto : Rawa Singkil/ Nova Eliza


Hangat menjadi dingin, akrab menjadi asing, dekat menjadi jauh, begitulah yang harus kita lakukan sekarang. Pernah saling juang sebelum sengaja saling buang. "Menjadi asing dengan sengaja", begitulah tepatnya. Kalimat yang paling lembut untuk mengakhiri namun tetap terasa menyakiti.

Kalaupun nggak berakhir bersama, setidaknya kita pernah saling mendoakan untuk kebaikan kita bersama. Apapun akhirnya, bersama atau berpisah, gapapa. Sebab gak semua cerita berakhir sesuai rencana. Tapi setidaknya kita pernah sama-sama saling mendoakan untuk kebaikan kita, mungkin saja, "berpisah" adalah sesuatu yang baik untuk kita.

Bukan berarti aku tidak baik untukmu, bukan berarti juga kamu bukanlah orang yang baik untukku, bukan. Kita pernah sama-sama bertumbuh menjadi lebih baik dari yang buruk, sama-sama berdoa agar kita selalu diberi yang terbaik. Mungkin saja ini adalah salah satu jawaban dari doa kita, bahwa mungkin dengan tak lagi sama, bisa menjadikan kita jauh lebih baik dari sebelumnya.

Atau, mungkin saja kita hanya sedang diuji oleh waktu. Mungkin setelah ini kita akan bertemu lagi, mungkin setelah ini kita bisa sama-sama lagi, mungkin setelah ini kita akan kembali lagi. siapa yang tahu. mungkin saja. Jadi, terimalah dan tetaplah berdoa untuk kebaikan masing-masing. bersama atau tidak, semoga keduanya selalu bahagia.

Karena ikhlas hanya perihal menerima, entah sesakit apapun rasanya, dari luka-luka yang bahkan belum mengering seutuhnya. Karena pada akhirnya semua hanyalah penerimaan diri, belajar menerima kenyaatan bahwa semuanya sudah tidak bisa lagi sejalan, ada yang sudah tidak bisa lagi dipaksakan, ada yang harus diikhlaskan perlahan-lahan.

Tetap kuat yaah, meskipun nantinya bukan aku. bukan aku yang menjadi pelengkap (aku kamu) menjadi (kita). Semoga kita selalu bahagia meskipun sudah tak lagi bersama, semoga setiap harapan baik, lekas ada. Setiap hal baik, semoga selalu ada. Setiap semoga, lekas jadi nyata. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ku Berharap Mimpi Ini Nyata

M impi malam itu masih sangat jelas ku ingat betapa cantik dan merdunya suara mama memanggil namaku. Dari kejauhan ku lihat ada cahaya putih yang begitu menyilaukan, di tengah-tengah gemerlap cahaya  terdengar suara "Ovaaa, anakku" seperti itulah biasa mama memanggil namaku dulu. Wajahnya yang begitu cantik, senyumnya yang sangat indah serta tubuhnya dikelilingi sinar yang menakjubkan membuatku langsung terpana tak percaya bisa bertemu mama di malam itu. Pakaiannya yang serba putih pun menambah keindahan pertemuan kami saat itu. Dengan perasaan senang kami berlari untuk saling menghampiri, berpegangan tangan hingga berpelukan sampai akhirnya mama berkata "Ovaaa, mama rinduu, mama sayaang kali sama ovaa, maafin mama yaa nak" Akupun tak kuasa menahan tangis sambil menjawab "iyaa mam, Ova pun rinduuuu sekali sama mama"   Sungguh menangis tersedu-sedu merasa tidak percaya bisa berada dipelukan mama malam itu. Setelah dua tahun kepergiannya aku tidak pernah lag...

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada...

Terima Kasih untuk Diriku

Foto : Senja /Nova Eliza Teruntuk diriku, terima kasih telah bertahan sejauh ini, sudah mau berjuang bersama, sudah kuat bertahan menopang tubuh yang hampir tumbang, menyembunyikan kesedihan dihadapan orang-orang hanya tak ingin terlihat rapuh. Terima kasih sudah bersabar tanpa pudar, jatuh merangkak lalu tersungkur, dan kemudian bangkit kembali, melalui setiap proses kedewasaan tanpa ratapan. Terima kasih selalu teguh meyakinkan tubuh untuk menghadapi semuanya tanpa mengeluh, sekali lagi terima kasih. Setiap orang menghadapi rasa sakit dengan cara yang berbeda. Ada yang menangis sejadinya, ada yang dibawa tidur, ada yang memilih bersembunyi dibalik tawa, dibalik sibuknya, insomnianya, dan ada yang paham caranya sembuh karena sudah terlalu kenal pola lukanya. Percayalah diri, semua itu bagian proses dari tubuh untuk menguatkan hatinya. Jangan menyerah sekarang. Karena kamu tidak harus selalu baik-baik saja. Lepaskan, tidak semua rasa sakit yang kau rasakan adalah untuk dibawa. Kepada d...