Foto : Nova Eliza/ Mercusuar Pulau Banyak |
Mengapa kita bertemu bila akhirnya dipisahkan, mengapa kita berjumpa tapi akhirnya dijauhkan. Mengapa terlalu banyak sutradara yang ingin didengarkan, seolah kita adalah pemain bayaran yang dipaksa memainkan peran sesuai kemauan. Iya, kemauan dan kepentingan mereka seutuhnya. Mengapa sulit sekali memahami, mengapa sulit sekali mengerti, mengapa tidak ada toleransi, mengapa semua ini harus berakhir begini. Mengapa?
Dia pergi dan meninggalkan aku disini sendiri, seperti itukah alur cerita yang dirancang? Dia benci dan melupakan kenangan yang sudah kami ukir, seperti itukah akhir yang diinginkan? Iyakah seperti itu? Mengapa kalian terlalu egois dalam mencinta, apa hanya kalian saja yang mempunyai rasa, apa hanya kalian saja yang merasakan kecewa, apa hanya kalian saja yang bisa terluka, apa hanya kalian saja yang merasa manusia? lantas kami siapa?
Mungkin saja bagi kalian kami robot yang bisa dan mudah dipaksa, berakit besi bukan berbalut kasih hingga dengan mudahnya diganti ketika ada yang hilang dan langsung diperbaiki ketika ada yang rusak. Tak butuh waktu untuk kembali pulih, tak butuh waktu sendiri untuk tumbuh kembali, tak butuh peluk hingga akhirnya bisa berjalan lagi. Kami hanyalah manusia yang tidak boleh punya hati, yang salah ketika harus sedih yang dilarang ketika ingin sendiri, kami hanyalah manusia yang tidak diberi kesempatan untuk memperjuangkan takdirnya sendiri, mengapa kalian bertingkah seperti Tuhan seolah mengetahui semua hal, padahal belum tentu seperti itu yang Tuhan takdirkan. Mengapa demikian?
Andaikan engkau tetap disini, andaikan kau tetap denganku. Mungkin semua ini masih bisa diperbaiki. Tapi bagaimana mungkin, sudah terlalu banyak penulis skenario yang mendambakan kita tidak lagi, sudah terlalu rumit hubungan yang mereka anggap singkat ini, sudah terlalu dalam rasa sakit yang kau alami, maafkan aku jika akhirnya harus menyakitimu lagi dan lagi. Sungguh aku minta maaf, bencilah aku semaumu dan kenanglah aku sesempatmu. Aku akan baik-baik saja jika harus di label jahat apalagi pengkhianat olehmu.
Maafkan mereka yang terlalu egois dalam mencinta, berlandaskan sayang mereka tega memaksa kita untuk pisah, membiarkan kita terluka tanpa memberikan pertolongan pertama, dibiarkan parah, sekarat, sampai mati dalam kepedihan yang lama. Biarlah mereka begitu saja, hidup dalam egonya, memvonis dengan katanya sebab kebahagiaan mereka memaksa dan kesenangan mereka menulis cerita.
Hingga akhirnya mereka lupa, bahwa aku juga manusia yang memiliki rasa dan kecewa meski aku bukanlah manusia yang pandai menyembunyikan luka.
Maaf aku juga bisa marah!
Biarlah semua menjadi cerita tanpa terjebak di rasa yang sama
BalasHapusApa mungkin saling melupakan dalam kebencian bisa sedikit menguatkan?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKalau gitu, hadirkan orang keempat biar ngga ada setan🙃
HapusBtw, aku bahagia kamu kembali "jasa sewa pundak" setelah beberapa tulisan tidak lagi hadir. Terima kasih 🤗
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKisah cinta yang menyedihkan, padahal masih punya sedikit harapan untuk diperjuangkan, tapi ya sudahlah. Ikhlaskan😔
Hapus