Langsung ke konten utama

Yakin siap Nikah? Berencana dulu baru Melangkah

Foto : Ilustrasi Perencanaan Berkeluarga/ posmetropadang.co.id

Selalu ada awal untuk setiap hal, termasuk ketika akan berumah tangga. Berbagai rencana mungkin akan memenuhi benak kamu dan pasangan. Selain berbagai rencana mengenai pesta pernikahan, kamu dan pasangan juga wajib mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupan berubah tangga itu sendiri. Membangun suatu keluarga tidaklah mudah, diperlukan sebuah perencanaan yang baik dan matang. Setiap pasangan perlu menentukan keluarga seperti apa yang menjadi impian, pilihan dan harapan, jumlah anak yang diinginkan, berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan bertaqwa kepada Tuhan yang harus diperioritaskan. 

Namun, sayangnya masih banyak remaja atau anak muda yang menikah hanya agar terbebas dari pertanyaan "kapan nikah?" saja. Padahal, menikah bukan balapan yang bisa dijadikan persaingan, jadi menikah bukan tentang siapa yang deluan sampai kepada pelaminan. Tapi menikah tentang siapa yang sudah mampu paling lama bertahan dan mengerti tujuan. Dan untuk bertahan lama, kuncinya ada pada matangnya persiapan.

Nah, ada sepuluh kesiapan yang perlu kita perhatikan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Disini penjelasannya.
1. Kesiapan Usia
Foto: kesiapan usia/ umroh.com
  • Kesiapan usia adalah kesiapan umur untuk menikah, yaitu minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. Pentingnya kesiapan usia ini untuk mempersiapkan pola pemikiran yang matang dalam mempersepsikan sebuah pernikahan. Kesiapan ini juga dibutuhkan supaya individu sudah mengetahui dan memiliki pengetahuan tentang melahirkan dan merawat anak serta kehidupan berkeluarga. 
  • Dampak positif jika usia menikah lebih matang adalah berhubungan dengan kematangan secara emosi dan kedewasaan dalam menyikapi kehidupan pernikahan. Kematangan usia ini akan berkaitan dengan kematangan organ biologis dalam melakukan hubungan seksual dalam pernikahan. 
  • Dampak apabila menikah di usia yang belum matang akan menyebabkan pengetahuan tentang pernikahan masih minimal, emosi yang belum stabil sehingga menyebabkan stress dan tertekan, angka kematian ibu-anak semakin tinggi, dan tekanan ekonomi pasangan suami istri semakin tinggi. Selain itu, kemandirian pasangan yang masih rendah, rawan dan belum stabil dalam menghadapi permasalahan sehingga rawan terjadi perceraian.
2. Kesiapan Finansial
Foto : kesiapan finansial/ properti.kompas.com
  • Kesiapan finansial bagian dari kemandirian keuangan sehingga kriteria ini sangat penting untuk kesiapan menikah. Dalam hal ini kesiapan finansial dapat dilihat dari ketercukupan uang yang dimiliki, kemandirian finansial (tidak merepotkan orang tua dan keluarga besar), memiliki jenjang karier yang tetap dalam jangka panjang, termasuk cara mengelola keuangan dan sumberdaya keluarga serta memiliki tabungan keluarga. Kesiapan ini penting dikarenakan untuk mengelola sumberdaya dan mencapai kesejahteraan keluarga.
  • Dampak positif apabila kesiapan finansial sudah optimal maka keluarga akan dapat mengelola sumberdaya dengan baik, mampu mencukupi kebutuhan keluarga, serta dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga hubungan pasangan suami istri menjadi harmonis. 
  • Dampak negatifnya jika keluarga tidak dapat mengelola sumberdaya dengan baik, tidak dapat mencukupi kebutuhan, sehingga rawan terjadinya pertengkaran dan perselisihan serta berujung perceraian.
3. Kesiapan Fisik
Foto: kesiapan fisik/ halodoc.com
  • Kesiapan fisik adalah kesiapan secara biologis seperti kesiapan organ biologis untuk melakukan hubungan seksual dan kemampuan untuk melakukan pengasuhan serta melakukan pekerjaan rumah tangga. Kesiapan fisik dianggap penting supaya individu dapat mempersiapkan organ-organ biologis dan menjaga serta merawat kesehatannya untuk mencapai tubuh yang sehat.
  • Dampak positif apabila seseorang memiliki kesiapan fisik yang baik adalah individu dapat merawat dan membersihkan diri dengan baik sehingga dapat melakukan hubungan seksual dengan baik. Selain itu, individu yang sehat dapat melakukan pekerjaan rumah tangga sehingga rumah menjadi rapih an bersih. Kemudian individu yang sehat akan dapat mengasuh dan merawat anak dengan baik.
  • Dampak jika tidak dipersiapkan dengan baik maka individu kurang optimal dalam melakukan hubungan seksual dan merawat anak serta tidak dapat menjaga kesehatannya dengan baik.
4. Kesiapan Mental
Foto : kesiapan mental / klikdokter.com
  • Kesiapan mental adalah kemampuan individu dalam mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, siap dalam mengantisipasi resiko yang ada, dan menyeimbangkan antara harapan dan kenyataan. Penting melakukan kesiapan ini untuk mempersiapkan dan mengantasipasi segala kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga.
  • Dampak positif dari kesiapan mental yang baik adalah dapat mempersiapkan rencana dengan baik dikarenakan sudah memiliki cara untuk mengantisipasi permasalahan keluarga. Selain itu individu yang memiliki kesiapan ini dapat merencanakan kehidupan pernikahan. 
  • Dampak jika tidak memiliki kesiapan mental, maka individu akan tertekan dan stress ketika menghadapi permasalahan pernikahan.
5. Kesiapan Emosi
Foto: kesiapan emosi/ klikdokter.com
  • Kesiapan emosi adalah kemampuan individu dalam mengontrol emosi yang baik untuk menghindari perilaku yang tidak baik dan kekerasan serta untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang disekitarnya. Individu yang memiliki kesiapan emosi yang baik dapat mengatur dan mengelola perasaannya dengan baik sehingga dalam menghadapi permasalahan dapat memposisikan diri dengan baik.
  • Dampak positif dari kesiapan emosi adalah dapat memiliki kemampuan memahami perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat mengelola perasaan dan mengungkapan perasaan sesuai dengan porsinya, dan dapat mengungkapkan serta menjalin keterbukaan dengan orang di sekitar.
  • Jika tidak memiliki kesiapan emosi yang baik maka individu akan mengalami permasalahan dengan orang sekitar karena terjadinya kesalahpahaman, tidak dapat mengungkapkan keinginan dan harapannya, dan memungkinkan terjadinya pertengkaran atau perselisihan.
6. Kesiapan Sosial
Foto: kesiapan sosial/ republika.com
  • Kesiapan sosial adalah kemampuan untuk mengembangkan berbagai kapasitas untuk mempertahankan pernikahan. Selain itu terdapat interaksi antara individu dan masyarakat luas seperti hubungan untuk diterima lingkungan sekitar dan dapat menyediakan karier untuk masa depan keluarganya.
  • Kesiapan sosial dibutuhkan untuk individu supaya mampu melakukan penyesuaian terhadap lingkungan sekitar. Selain itu dapat menjalin hubungan dengan lingkungan luas sehingga dapat memungkinkan mendapatkan manfaat untuk jenjang karier atau sebagainya. Apabila individu memiliki kesiapan sosial yang baik maka dapat berhubungan dengan lingkungan sekitar dengan baik, sehingga
  • hubungan dengan keluarga besar dan tetangga menjadi harmonis. Selain itu juga dapat melakukan penyesuaian dan kerjasama dengan masyarakat luas.
  • Jika individu tidak memiliki kesiapan sosial maka individu tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga menyebabkan terjadinya kesalahpahaman.
7. Kesiapan Moral
Foto: kesiapan moral/ etika.ekonomi.id.com
  • Kesiapan moral adalah kemampuan untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai kehidupan yang baik seperti komitmen, kepatuhan, kesabaran, dan memaafkan. Pentingnya kesiapan ini sebagai pedoman dan prinsip dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan dapat digunakan untuk membentuk kepribadian dalam berhubungan dengan pasangan dan keluarga besar.
  • Individu yang mempersiapkan moral dengan baik maka dapat membedakan mana yang benar dan salah dalam mengaplikasikan ke nilai-nilai kehidupan pernikahan dan menjadikan individu yang berkualitas sehingga dapat mendidik generasi selanjutnya untuk memiliki moral yang baik. Selain itu, apabila pasangan suami istri memiliki moral yang baik maka dapat menjadikan keluarga harmonis dikarenakan pasangan suami istri selalu menjaga komitmen, saling menghargai dan mematuhi.
  • Apabila individu tidak memiliki kesiapan moral yang baik maka dikhawatirkan tidak memiliki prinsip dan pegangan nilai-nilai kehidupan yang baik sehingga dapat memutuskan sesuatu tergesa-gesa tanpa memikirkan akibatnya. Individu juga dikhawatirkan tidak menjaga komitmen sehingga akan tergoda dengan orang lain yang menyebabkan pernikahan menjadi berantakan.
8. Kesiapan Interpersonal
Foto : kesiapan interpersonal/ depositphoto.com
  • Kesiapan interpersonal adalah kemampuan individu dalam melakukan kompetensi dalam berhubungan seperti pasangan suami istri harus saling mendengarkan, membahas permasalahan pribadi dengan pasangan, dan menghargai apabila terdapat perbedaan. Individu membutuhkan kesiapan ini untuk memahami individu yang lainnya, dapat menghargai dan tenggang rasa dengan orang lain serta dapat peduli dengan lingkungan sekitar. Gak kalah penting, calon pengantin juga harus siap ya membangun hubungan yang baik dengan ibu mertua. Hiks.
  • Jika individu memiliki kesiapan interpersonal yang baik maka dapat saling memahami dan peduli sehingga mencapai kepuasan pernikahan dan tercapai kesejahteraan keluarga.
  • Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan interpersonal yang baik adalah individu akan lebih sering mengalami perselisihan dikarenakan tidak mau saling memahami dan peduli dengan orang lain.
9. Kesiapan Keterampilan Hidup
Foto: kesiapan keterampilan hidup / bola.com
  • Kesiapan keterampilan hidup adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam mengembangkan berbagai kapasitas untuk memenuhi peran di dalam keluarga seperti menjaga kebersihan rumah tangga, merawat dan mengasuh anak, melayani suami, dan sebagainya. Apabila individu dapat mempersiapkan keterampilan hidupnya dengan baik maka dapat saling bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Dalam hal ini dapat mewujudkan kepuasan dan kesejahteraan keluarga.
  • Dampak positif jika individu memiliki kesiapan keterampilan hidup maka dapat menjalankan peran suami istri dengan optimal sehingga dapat mewujudkan keluarga yang tahan.
  • Dampak negatif jika tidak memiliki keterampilan hidup akan bergantung pada orang lain, sehingga dapat menyebabkan keluarga mengalami perselisihan.
10. Kesiapan Intelektual
Foto: kesiapan intelektual/ detikhealth.com
  • Kesiapan intelektual adalah kesiapan yang berhubungan dengan kemampuan individu dalam berfikir, menangkap informasi dan berhubungandengan kemampuan mengingat. Digunakan sebagai penunjang dan pendukung dalam mencari informasi dan pengetahuan tentang pernikahan dan cara-cara merawat anak atau mengelola keuangan.
  • Dampak positif jika memiliki kesiapan intelektual adalah individu dapat semakin memiliki pengetahuan dan informasi tentang pernikahan, pengetahuan pengasuhan yang banyak sehingga dapat mengatasi apabila terdapat permasalahan atau hambatan.
  • Dampak negatif jika tidak memiliki kesiapan intelektual adalah dapat menyebabkan adanya pertengkaran dan adanya kesalahan dalam memecahkan atau menangani suatu permasalahan.

Menikah muda boleh, yang penting siap. Menikah tua pun silahkan, yang penting siap. Sebab urgensinya bukan pada muda atau tua, melainkan pada kematangan jiwa dan raga. Menikah itu ibadah, maka segala sesuatunya harus dipersiapkan, tidak bisa asal-asalan. Jadi, jangan nikah dulu kecuali kamu memang sudah cukup siap dan cukup bekal untuk mengarungi berat dan panjangnya perjalanan di depan. Nah, gimana Sob?

Yakin siap Nikah? Berencana dulu yuk baru melangkah.
BKKBN -------
#BerencanaItuKeren


Daftar Pustaka :
BKKBN. 2020. Perencanaan Kehidupan Berkeluarga. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting?

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting? Mengukur tinggi badan anak Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami masalah gizi yang kronis atau tidak, kita harus mengukur tinggi badannya.  M engapa tinggi badan dan bukannya berat badan? Berikut penjelasan sederhananya.  Berat badan itu gampang naik turun. Kasih makan banyak selama seminggu, berat badan anak bertambah. Kena diare sehari, berat badan turun. Kasih makan bagus lagi, naik lagi. Berat badan itu sensitif, tapi tidak dengan  tinggi badan. Tinggi badan kurang sensitif. Anak  yang pendek tidak bisa langsung jadi tinggi dengan  diberi makanan bergizi dalam seminggu atau sebulan.  Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu lama.  Kalau anak mengalami masalah gizi yang lama,  tubuhnya menjadi pendek dan mengatasinya perlu  waktu lama. “Stunting adalah masalah gizi yang berlangsung lama (kronis), maka lebih tepat diukur dari tinggi badan.” Untuk menentukan apakah anak mengalami stunting, kita menggunakan Tabel PB/ U (Standar Panja

Cegah Stunting, Itu Penting!

Apa sih Stunting itu? Foto: pengertian Stunting/ Created: Nova Eliza Stunting adalah pendek. Dikatakan pendek karena  tinggi tubuhnya berada dua standard deviasi di bawah  rata-rata.  Tubuh anak yang stunting akan lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.  Keadaan ini merupakan bentuk gagalnya  pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis  yang terjadi dalam masa yang panjang, terutama pada  1.000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).  Selain  fisik yang pendek. Dalam jangka pendek anak stunting  terhambat perkembangan kognitif atau  kecerdasannya. Dan dalam jangka panjang, stunting  berpotensi membuat postur tubuh  tumbuh tidak optimal, meningkatkan  resiko kegemukan (obesitas), mudah  sakit dan penurunan kesehatan  reproduksi. Perkembangan kognitif dan tumbuh-kembang fisik yang tidak optimal akan menyebabkan kurang berprestasi di sekolah dan tidak optimal produktivitas kerjanya dimasa mendatang.  Kini Stunting menjadi salah satu masalah yang cukup membahayakan, t