Langsung ke konten utama

Tahap Perkembangan Baduta dan Balita

Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
 perkembangan baduta dan balita/Foto: orami.com

Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi orangtua yaitu kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang, dan kebutuhan stimulasi. Tahun pertama perkembangan anak merupakan salah satu periode yang paling dinamis dan menarik. Terjadi banyak perubahan besar dalam periode ini. Namun, setiap bayi memiliki kecepatan masing-masing pada pertumbuhan. Karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk mengenali pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mendukung dan mengoptimalkan setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak kita.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Perkembangan merupakan proses perubahan yang teratur dari satu tahapan ketahapan selanjutnya, artinya perkembangan anak mencakup perkembangan mental, kecerdasan, tingkah laku, budi pekerti sikap dan sebagainya.

Apabila diamati, anak berkembang melewati proses pematangan, berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu. Kemampuannya meningkat dari sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit. Kita tidak boleh memaksa anak untuk menjalani proses perkembangan yang belum saatnya, seperti contoh: anak berkembang dari mulai tengkurap, dudu, lalu selanjutnya bisa berdiri sendiri tanpa dibantu oleh siapapun. Apabila anak memang belum bisa berdiri, namun dipaksa berdiri maka akan berpengaruh pada pertumbuhan kakinya yang menjadi tidak wajar. 

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berpikir. 

Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan.

Tahap Perkembangan Baduta dan Balita
a. Perkembangan Mental
Seorang bayi belajar dengan cara memandang, meraba, mencium bau dan mengecap semua objek yang terjangkau. Menjelang akhir masa bayi, seorang anak mulai bisa menyusun kata-kata menjadi kalimat. Pada usia 2 (dua) tahun bayi dapat membuat generalisasi (penyamaan) sederhana terhadap hal-hal sekitarnya. Anak mulai memperhatikan hal-hal kecil agar dia tidak mudah bingung jika menghadapi benda, situasi atau orang. Kemampuan mental semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan berpikir dan melihat hubungan antar kejadian.

b. Perkembangan Psikososial
Perkembangan sosial pada masa bayi mempengaruhi hubungan sosial yang akan berkembang pada masa depannya. Bayi memberikan reaksi sosial kepada orang dewasa, misalnya tersenyum dan bersuara. Perkembangan psikososial meningkat setiap tahunnya, seiring dengan meningkatnya sosialisasi antara anak dan teman sebayanya. Hal ini ditandai dengan banyaknya waktu yang dihabiskan anak untuk bermain. Salah satu elemen dalam perkembangan psikososial adalah perkembangan identitas ego.
perkembangan psikososial/ foto: bunda konicare

Identitas ego adalah pemahaman akan kesadaran diri yang berkembang lewat interaksi sosial. Identitas ego kita terus berubah karena adanya pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam interaksi dengan orang lain. Selain itu, pemahaman akan kompetensi juga memotivasi perilaku dan tindakan. Masing-masing tahapan mengarahkan anak agar semakin kompeten dalam suatu bidang kehidupan.

c. Perkembangan Emosi
Pada waktu bayi waktu lahir, emosinya baru tampak dalam bentuk yang sederhana, seperti marah, takut, penasaran, gembira dan sayang. Emosi ini akan berkembang semakin kuat sehingga anak mudah terbawa oleh ledakan emosional, dia akan sulit dibimbing dan diarahkan. Seorang anak akan memiliki dasar yang kuat dalam perkembangan selanjutnya jika dia dapat menangani perasaan pribadinya, memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, dan menjalin interaksi secara positif dengan orang lain. Perbedaan dalam perkembangan sosial dan emosional adalah akibat dari temperamen bawaan anak, pengaruh budaya, contoh perilaku yang ditiru dari orang dewasa disekitarnya, tingkat rasa aman yang dirasakan anak dan kesempatan yang timbul dari interaksi sosial. 
perkembangan emosi

Anak pada umur satu tahun baru saja belajar mengenal dan menangani perasaan mereka. Mereka mengalami berbagai macam emosi dan tantrum ketika lelah atau frustasi. Mereka juga menanggapi konflik dengan memukul, menggigit, berteriak atau menangis. Anak umur satu tahun sedang belajar untuk mendapatkan otonomi. Tidak heran mereka suka membantah dan berkata “Tidak!” jika diberi saran atau nasihat dari orang dewasa. Terkadang mereka ingin mengerjakan sendiri semua aktifitas yang dilakukan, namun setelah itu mereka akan meminta tolong kepada orang dewasa.

d. Perkembangan Psikoseksual
Sejak lahir, seorang bayi sebenarnya sudah belajar memahami jenis kelaminnya. Bayi dibedakan jenis kelaminnya lewat pakaian yang dikenakan, mainan dan perlakuan orang disekitarnya. Seorang anak yang melewati tahap psikoseksual dengan baik, akan memiliki kepribadian yang sehat.

e. Perkembangan Nilai Moral dan Spiritual
Anak-anak harus meletakkan dasar-dasar hati nurani sehingga dapat membimbing mereka untuk membedakan perilaku yang benar dan salah. Perkembangan spiritual mencakup perkembangan pemahaman mereka mengenai diri, potensi unik mereka, pemahaman akan kekuatan dan kelemahan mereka, serta kemauan untuk meraih kesuksesan. Ketika rasa penasaran mereka mengenai diri sendiri dan tempat tinggal mereka di dunia meningkat, mereka akan mencoba menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan hidup yang mendasar. Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sifat dan sikap yang mereka butuhkan untuk merawat kesejahteraan batin. 
perkembangan moral/ foto: popmama.com

Perkembangan moral meliputi kemampuan anak untuk memahami perbedaan antara benar, salah, konflik moral, perhatian kepada orang lain dan kemauan untuk melakuka hal yang benar. Mereka mampu dan bersedia merenungkan konsekuensi tindakan mereka serta belajar untuk memaafkan diri sendiri serta orang lain. Mereka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sifat sarta perilaku yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan moral yang bertanggung jawab serta bertindak berdasarkan keputusan itu.

Nah, bisa disimpulkan perkembangan adalah hasil interaksi kematangan susunan syaraf pusat dengan organ tubuh yang dipengaruhinya. Misalnya kemampuan bicara merupakan hasil dari perkembangan sistem syaraf yang mengendalikan proses bicara. Hal-hal yang menentukan Kualitas Tumbuh Kembang Anak ditentukan oleh faktor intrinsik, yaitu faktor-faktor bawaan sejak lahir (genetik- heredokonstitusional) dan faktor ekstrinsik, yaitu faktor-faktor sekeliling (lingkungan) yang mempengaruhi tumbuh kembang anak sejak di dalam kandungan hingga lahir dan bertumbuh-kembang menjadi seorang anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menepilah

Menepi atau berhenti Seberapa keraspun kita menjaga langkah agar tidak menyerah, ternyata memaksakannya berjalan adalah sebuah kesalahan. Menuntutnya sempurna tanpa cela adalah sebuah keegoisan. Menepilah, jika rasanya raga telah penat untuk melangkah atau hati rasanya perlu diberi jeda untuk merebah. Ada kalanya kita gigih berlari, namun ada saatnya juga kita sejenak berhenti. Untuk melepas penat, meluruskan kembali niat, juga melihat kompas bila mungkin kita tersesat. Menepilah sejenak. Kemudian jika rasanya tenaga telah terisi, kembalilah untuk melangkah lagi. Penat bukan untuk banyak mengeluh, namun ia perlu istirahat untuk sejenak hening dari segala riuh. Aku percaya, ujian yang berat itu diam-diam mengupgrade diri kita, mungkin kita gak akan nyangka, ujian yang melelahkan saat ini yang memberatkan saat dijalani, semuanya bukan Allah berikan tanpa tujuan. Yang kita rasakan saat ini mungkin emang beratnya aja. Tapi ketahuilah di masa depan saat kita sudah melaluinya, kita akan sada

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting?

Bagaimana Kita Tahu Kalau Anak Stunting? Mengukur tinggi badan anak Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami masalah gizi yang kronis atau tidak, kita harus mengukur tinggi badannya.  M engapa tinggi badan dan bukannya berat badan? Berikut penjelasan sederhananya.  Berat badan itu gampang naik turun. Kasih makan banyak selama seminggu, berat badan anak bertambah. Kena diare sehari, berat badan turun. Kasih makan bagus lagi, naik lagi. Berat badan itu sensitif, tapi tidak dengan  tinggi badan. Tinggi badan kurang sensitif. Anak  yang pendek tidak bisa langsung jadi tinggi dengan  diberi makanan bergizi dalam seminggu atau sebulan.  Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu lama.  Kalau anak mengalami masalah gizi yang lama,  tubuhnya menjadi pendek dan mengatasinya perlu  waktu lama. “Stunting adalah masalah gizi yang berlangsung lama (kronis), maka lebih tepat diukur dari tinggi badan.” Untuk menentukan apakah anak mengalami stunting, kita menggunakan Tabel PB/ U (Standar Panja

Cegah Stunting, Itu Penting!

Apa sih Stunting itu? Foto: pengertian Stunting/ Created: Nova Eliza Stunting adalah pendek. Dikatakan pendek karena  tinggi tubuhnya berada dua standard deviasi di bawah  rata-rata.  Tubuh anak yang stunting akan lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.  Keadaan ini merupakan bentuk gagalnya  pertumbuhan anak akibat kekurangan gizi kronis  yang terjadi dalam masa yang panjang, terutama pada  1.000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).  Selain  fisik yang pendek. Dalam jangka pendek anak stunting  terhambat perkembangan kognitif atau  kecerdasannya. Dan dalam jangka panjang, stunting  berpotensi membuat postur tubuh  tumbuh tidak optimal, meningkatkan  resiko kegemukan (obesitas), mudah  sakit dan penurunan kesehatan  reproduksi. Perkembangan kognitif dan tumbuh-kembang fisik yang tidak optimal akan menyebabkan kurang berprestasi di sekolah dan tidak optimal produktivitas kerjanya dimasa mendatang.  Kini Stunting menjadi salah satu masalah yang cukup membahayakan, t