Langsung ke konten utama

Mama, Rindu!

Senyummu menguatkanku, Mama

Pagi itu dua syawal paling kelabu yang pernah ada dan kita rasakan, penuh tanda tanya dan tangisan tak percaya. Suka cita lebaran seketika berubah menjadi duka cita yang sangat mendalam. Tidak ada firasat apa-apa jika akan ditinggalkan sedini cepatnya.

Allahu Akbar. Allah Maha Besar. Allah punya kuasa atas segala-segalaNya.

Tak menyangka itu akan menjadi Ramadhan terakhir untuk kita bersama, kebersamaan terakhir sebelum mama terbaring lemah. Idul fitri yang sangat berbeda dari sebelumnya. Selama ini kita menghitung berapa hari lagi lebaran, ternyata menghitung berapa lama lagi mama bertahan. Baju lebaran sudah tersusun rapi di lemari dan sudah dipasang-pasangkan, Takdir Allah tidak ada satupun yang bisa dikenakan saat lebaran. Karena tiba-tiba harus terbaring lemah sebab tulang kaki tak mampu lagi berjalan.

Sempat merasa tenang, karena sudah mengetahui sakitnya, sudah mendapatkan keputusan perawatannya, sudah dijadwalkan tindakan operasinya. Tapi, Allah yang menentukan semuanya. Allah lebih sayang, Allah lebih tahu kapan waktu terbaik untuk Mama kembali pada-Nya.

Sekeras apapun kita berusaha, berjuang, berdoa dan berikhtiar. Tetap kepada Allah kita kembali agar diberikan yang terbaik menurut-Nya. Kita hanya berencana, Allah yang menentukan segalanya. Mungkin beginilah sudah jalannya. InsyaAllah Husnul Khotimah, InsyaAllah mama tenang dan bahagia disana.

Aku kehilangan mama setelah baru saja menjadi mama. Berat memang, tapi harus ikhlas. Kita harus punya hati yang luas untuk menerima bahwa memang ada hal-hal yang tidak berjalan dengan semestinya. Hal yang ditaruh Allah di tengah perjalanan untuk menjadi pengingat langkah, penguji kesabaran, atau penyadar akan semua hal yang mungkin saja sudah berjalan di luar alurnya.

Sehancur apapun keadaannya, serumit apapun situasinya. Mama tetap menjadi orang yang pertama aku ingat ketika sedang dalam keadaan terpuruk. Kadang, ingin sekali menekan tombol panggil di handphone dan menceritakan semua hal yang menyakitkan ini, meski aku tahu semua itu tidak akan mungkin terjadi kembali. Aku sadar, Mama yang selalu ada di hati namun sudah tidak bisa lagi kita temui. Mama yang kadang-kadang datang menghampiri tapi nyatanya cuma di mimpi. Banyak hal yang berubah setelah mama pergi, tak sama lagi. Untuk saat ini, hanya do'a yang dapat menenangi.

Meski mama sudah tidak ada lagi di dunia ini. Segala hal tentangmu tidak akan pernah terlupa. Masih sangat jelas paras wajahmu diingatanku. Masih sangat indah senyumanmu dimataku. Masih sangat perih melihatmu menangis menahan sakit itu. Masih terasa manis kenangan-kenangan saat bersamamu. Masih terbayang semua tingkah aneh dan lucumu. Masih terasa hangat pelukan terakhirmu di pagi itu. Aku rinduu maaaa. . Aku rindu berbagi cerita bersamamu, masih banyak hal yang belum mama tahu. Aku rapuh tanpa mama disampingku. Kami semua merindukanmu!

Mama itu selalu hidup di alam mimpi, tapi gak pernah ada lagi di dunia nyata. Aku mencintaimu setiap hari dan sekarang aku merindukanmu setiap hari. Aku tidak pernah melihat ada sesuatu yang sekuat dirimu, aku tidak pernah melihat siapapun setegar dirimu, mungkin aku tidak akan mampu untuk menjadi sepertimu, tapi aku akan berusaha untuk menjadi sesuai do'a dan harapanmu. InsyaAllah.

Mama, untuk semua do'a, cinta dan pengorbananmu, semoga Allah karuniakan Syurga terbaik untukmu. Aamiin ya Rabbal'alamin. Al-Fatihah 🤲

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Kamu yang Salah, Tempatmu Saja yang Sampah!

Foto: akar tanaman/Nova Eliza Sebaik apapun kamu, jika berada di tempat yang salah maka akan tetap terlihat tidak berguna. Jawaban ini aku temukan setelah bertahun-tahun merasakan kepedihan yang tidak ada habisnya. Ketidakhadiranku di tunggu-tunggu, kesakitanku di nanti-nanti. Itulah aku, manusia yang paling di benci! Seakan tidak ada tempat untuk aku istirahat, semua ruang sudah sesak dengan orang-orang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan bagaimana kondisiku saat ini, tidak ada waktu untuk aku memperbaiki luka lama yang masih berdarah-darah di sini, lantas mereka dengan sadar menusukku lagi, lagi, dan lagi. Seolah hanya mereka yang butuh divalidasi dan dimengerti. Aku hanya manusia, sama seperti yang lainnya. Aku tidak sempurna namun bukan pula si buruk rupa. Diriku cukup berharga untuk luka. Aku tidak lagi menyalahkan diriku sendiri, aku sudah cukup introspeksi diri, aku sudah berusaha agar di terima, sudah berusaha agar di anggap ada, sudah berusaha melaku...

Ku Berharap Mimpi Ini Nyata

M impi malam itu masih sangat jelas ku ingat betapa cantik dan merdunya suara mama memanggil namaku. Dari kejauhan ku lihat ada cahaya putih yang begitu menyilaukan, di tengah-tengah gemerlap cahaya  terdengar suara "Ovaaa, anakku" seperti itulah biasa mama memanggil namaku dulu. Wajahnya yang begitu cantik, senyumnya yang sangat indah serta tubuhnya dikelilingi sinar yang menakjubkan membuatku langsung terpana tak percaya bisa bertemu mama di malam itu. Pakaiannya yang serba putih pun menambah keindahan pertemuan kami saat itu. Dengan perasaan senang kami berlari untuk saling menghampiri, berpegangan tangan hingga berpelukan sampai akhirnya mama berkata "Ovaaa, mama rinduu, mama sayaang kali sama ovaa, maafin mama yaa nak" Akupun tak kuasa menahan tangis sambil menjawab "iyaa mam, Ova pun rinduuuu sekali sama mama"   Sungguh menangis tersedu-sedu merasa tidak percaya bisa berada dipelukan mama malam itu. Setelah dua tahun kepergiannya aku tidak pernah lag...

Semua Akan Kembali Baik pada Waktunya

Mengalir seperti air/ foto: Nova Eliza Sekian lama berada di sini, anehnya tak ada satupun kenangan yang bisa menarik kembali untuk datang ke tempat ini. Sekian tahun bekerja disini, bisa-bisanya hanya ada keinginan untuk segera pergi dari lokasi ini. Bagaimana mungkin, setelah banyak cerita yang dilalui tidak ada satupun cerita yang menyenangkan hati melainkan selalu kembali mengingatkan sakit di hati. Bukan berarti tidak ada satupun hal baik yang menghampiri hanya saja terlalu banyak lembaran-lembaran kesedihan yang menutupi, terlalu mendominasi, hingga akhirnya selalu ada keingingan untuk pergi dan tak mau kembali. Entah akunya yang tidak bisa beradaptasi disini atau keberadaan aku disini yang tidak diinginkan oleh pribumi. Percayalah, aku selalu berusaha yang terbaik agar bisa diterima disini, datang sendiri tanpa didampingi, berkelana sendiri tanpa ada yang menemani. Terus mencari pegangan diri agar kuat berada disini menjalankan tugas negara sesuai tupoksi. Awal terasa asing hin...