Langsung ke konten utama

Ketahui Faktor-Faktor Penyebab Stunting

Penyebab Stunting !
Foto: penyebab Stunting/ created: Nova Eliza

Banyak faktor menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor tersebut bisa berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri anak tersebut. Penyebab langsungnya adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah ketersediaan pangan, status gizi ibu saat hamil, kelahiran bayi, pola asuh, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya.

Faktor Langsung
1. Asupan Gizi Balita
Asupan  gizi  yang  adekuat  sangat  diperlukan  untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya. Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak akan dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan gagal tumbuh. Begitu pula dengan balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak mencukupi. 

Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi dalam pemenuhan kebutuhan gizinya yaitu :
  • Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan
  • Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman tambahan lainnya
  • Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang berasal dari makanan keluarga, diberikan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan
  • Pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun
Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan kekurangan gizi salah salah satunya dapat menyebabkan stunting.

2. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan  kurang  gizi  akan  lebih  mudah  terkena  penyakit  infeksi. Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri. 

Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang diderita tidak   tertangani, maka tetap tidak dapat memperbaiki status kesehatan dan status gizi anak balita. Untuk itu penanganan sedini mungkin terhadap penyakit infeksi akan membantu perbaikan gizi yang diiimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan anak balita.

Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, Infeksi Saluran Pernafasan  Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya dengan status mutu  pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku sehat. Beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada anak usia dibawah 5 tahun.

Faktor Tidak Langsung
1. Ketersediaan Pangan
Akses pangan yang rendah berakibat pada kurangnya pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang yang akan mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam keluarga sehingga berdampak pada semakin beratnya masalah kurang gizi di masyarakat. 

2. Status Gizi Ibu Hamil
Status  gizi  ibu  saat  hamil  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor, faktor tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan.  Beberapa  indikator  pengukuran  seperti:
  • Kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar Hb dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak
  • Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak
  • Hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil. Penambahan  berat  badan  saat  hamil  perlu  dikontrol karena apabila berlebih dapat menyebabkan obesitas pada bayi sebaliknya apabila kurang dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat  badan  rendah,  prematur   yang  merupakan  faktor  risiko kejadian stunting pada anak balita.
3. Kelahiran Bayi
Berat badan lahir, panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting. Asupan gizi ibu yang kurang baik sebelum masa kehamilan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan pendek.

Sedangkan berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan jangka panjang anak balita. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangan serta kemungkinan terjadi kemunduran fungsi intelektualnya. Selain  itu  bayi  lebih  rentan  terkena  infeksi  dan terjadi hipotermi. Sehingga terdapat hubungan  yang  bermakna  antara  berat  lahir  dengan  kejadian stunting.

4. Sanitasi Lingkungan
Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan memicu gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Sebuah riset menemukan bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, maka semakin besar pula ancaman stunting untuknya. Selain itu, saat anak sakit, lazimnya selera makan mereka pun berkurang, sehingga asupan gizi makin rendah. Maka, pertumbuhan sel otak yang seharusnya sangat pesat dalam dua tahun pertama seorang anak menjadi terhambat. 

Dampaknya, anak tersebut terancam menderita stunting, yang mengakibatkan pertumbuhan mental dan fsiknya terganggu, sehingga potensinya tidak dapat berkembang dengan maksimal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bukan Kamu yang Salah, Tempatmu Saja yang Sampah!

Foto: akar tanaman/Nova Eliza Sebaik apapun kamu, jika berada di tempat yang salah maka akan tetap terlihat tidak berguna. Jawaban ini aku temukan setelah bertahun-tahun merasakan kepedihan yang tidak ada habisnya. Ketidakhadiranku di tunggu-tunggu, kesakitanku di nanti-nanti. Itulah aku, manusia yang paling di benci! Seakan tidak ada tempat untuk aku istirahat, semua ruang sudah sesak dengan orang-orang yang hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada pertanyaan bagaimana kondisiku saat ini, tidak ada waktu untuk aku memperbaiki luka lama yang masih berdarah-darah di sini, lantas mereka dengan sadar menusukku lagi, lagi, dan lagi. Seolah hanya mereka yang butuh divalidasi dan dimengerti. Aku hanya manusia, sama seperti yang lainnya. Aku tidak sempurna namun bukan pula si buruk rupa. Diriku cukup berharga untuk luka. Aku tidak lagi menyalahkan diriku sendiri, aku sudah cukup introspeksi diri, aku sudah berusaha agar di terima, sudah berusaha agar di anggap ada, sudah berusaha melaku...

Ku Berharap Mimpi Ini Nyata

M impi malam itu masih sangat jelas ku ingat betapa cantik dan merdunya suara mama memanggil namaku. Dari kejauhan ku lihat ada cahaya putih yang begitu menyilaukan, di tengah-tengah gemerlap cahaya  terdengar suara "Ovaaa, anakku" seperti itulah biasa mama memanggil namaku dulu. Wajahnya yang begitu cantik, senyumnya yang sangat indah serta tubuhnya dikelilingi sinar yang menakjubkan membuatku langsung terpana tak percaya bisa bertemu mama di malam itu. Pakaiannya yang serba putih pun menambah keindahan pertemuan kami saat itu. Dengan perasaan senang kami berlari untuk saling menghampiri, berpegangan tangan hingga berpelukan sampai akhirnya mama berkata "Ovaaa, mama rinduu, mama sayaang kali sama ovaa, maafin mama yaa nak" Akupun tak kuasa menahan tangis sambil menjawab "iyaa mam, Ova pun rinduuuu sekali sama mama"   Sungguh menangis tersedu-sedu merasa tidak percaya bisa berada dipelukan mama malam itu. Setelah dua tahun kepergiannya aku tidak pernah lag...

Semua Akan Kembali Baik pada Waktunya

Mengalir seperti air/ foto: Nova Eliza Sekian lama berada di sini, anehnya tak ada satupun kenangan yang bisa menarik kembali untuk datang ke tempat ini. Sekian tahun bekerja disini, bisa-bisanya hanya ada keinginan untuk segera pergi dari lokasi ini. Bagaimana mungkin, setelah banyak cerita yang dilalui tidak ada satupun cerita yang menyenangkan hati melainkan selalu kembali mengingatkan sakit di hati. Bukan berarti tidak ada satupun hal baik yang menghampiri hanya saja terlalu banyak lembaran-lembaran kesedihan yang menutupi, terlalu mendominasi, hingga akhirnya selalu ada keingingan untuk pergi dan tak mau kembali. Entah akunya yang tidak bisa beradaptasi disini atau keberadaan aku disini yang tidak diinginkan oleh pribumi. Percayalah, aku selalu berusaha yang terbaik agar bisa diterima disini, datang sendiri tanpa didampingi, berkelana sendiri tanpa ada yang menemani. Terus mencari pegangan diri agar kuat berada disini menjalankan tugas negara sesuai tupoksi. Awal terasa asing hin...